Sejarah Panembahan Jati Bungkus
Jati bungkus.
1) Disebut Panembahan, artinya bahwa tempat tersebut adalah "wewengkon"
atau tempat khusus yang memiliki kekuatan luar biasa untuk menghadap
(berdoa berdzlkir, munaiat) kepada Sang Pencipta, Allah SWT. Panembahan
berasal dari kata 'nembah" berarti menyembah secara khusyu', sehingga
panembahan diartikan sebagai tempat khusus untuk mendekatkan diri
Kpada Sang Pendipta, Allah SWT, atas keinginan manusla agar dikabulkan
2) Disebut Jati Bungkus, artinya bahwa:
a) Secara harfiah, ditempat tersebut terdapat kayu jati yang ditancapkan
dan keberadaannya dilingkupi seperti dibungkus oleh sebuah pohon
bernama pohon Bulu. Adapun pohon Bulu adalah pohon yang
menyerupai beringin tapi tidak memiliki akar bergelantungan, yang
merupakan pohon tempat yang disukai bersemayam dan media pintu
alam kajinan (bangsa Jin).
b) Secara ma'nawiyah, bahwa jati diri manusia itu intinya ada di diri
manusia itu sendiri, yaitu pikiran suci, hati suci, jiwa suci, sukma suci
yang yang terbungkus oleh wadag atau badan manusia. Maka
memaknai jati bungkus adalah untuk menjadikan pengingat sekaligus
cerminan dan motivator bahwa manusia harus selalu memiliki pikiran
suci, hati suci, jiwe suci, sukma suci agar senantiasa keinginannya segera
b. Tempat semedi Panembahan Senopati.
Jati bungkus pada awalnya, tempat tersebut ditemukan oleh Kanjeng Sunan
Kalijogo. Terlebih lagi di tempat tersebut selain tempat yang baik untuk
bermunajat kepada Allah SWT, ternyata tempat tersebut adalah salah satu
pintu penghubung dengan kerajaan laut selatan / alam kajinan (bangsa Jin)
penguasa laut selatan.
Oleh karena itu, Kanjeng Sunan Kalijogo menaruh sebongkah kayu jati yang
telah diberi do'a do'a dan asma khusus dan disebelahnya ditancapkan
potongan kayu pohon Bulu, dan kemudian pohon Bulu tersebut semakin lama
semakin tumbuh besar dan menutupi bongkahan kayu tersebut.
Setelah itu, Kanjeng Sunan Kalijogo memerintahkan Panembahan Senopati
untuk bertapa semedi di bawah pohon Bulu tersebut selama 40 hari 40 malam,
untuk menyucikan diri dan menemui penguasa laut selatan, sehingga dapat
membantunya dalam menguasai Jawa sebagai Sultan Mataram.
c. Tempat semedi Keluarga Penguasa Mataram lainnya
Selain Panembahan Senopati, keluarga penguasa mataram lainnya Juga secara
d. Tempat semedl Arung Binang
Salah satu dari keluarga besar Panembahan Senopati yang Juga pernah bertapa
di tempat panembahan jati bungkus adalah Joko Sangkrip atau Surawijaya atau
Arung Binang. Joko Sangkrip sewaktu muda pernah disuruh bertapa di jati
bungkus tersebut oleh Kanjeng Sunan Kalijaga. Beliau adalah putra dari
Pangeran Bumidirjo cucu Panembahan Senopati dari anaknya yang bernama
Raden Mas Jolang yang bergelar Prabu Hanyakrawati. Selanjutnya, setelah
diambil menantu oleh Patih Surakarta, bellau diangkat sebagal mantri Gladag
dengan gelar Tumenggung Arung Binang, dan kemudian nayaka dengan gelar
Terimakasih telah membaca Artikel ini,
semoga menambah wawasan anda.
Sumber : catatan sejarah Desa Srati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar